Kamis, 10 Januari 2013

STUDI KEPEMIMPINAN ISLAM






STUDI KEPEMIMPINAN ISLAM

AD.1. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN DAN KEPEMIMPINAN ISLAM
    1. Kepemimpinan secara umum
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin, mendapat awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan sifat yang dimiliki pemimpin itu.
Secara teoritis banyak sekali sarjana yang memberikan terminology terhadap pengertian kepemimpinan, tergantung pada sudut pandang mereka memberikan definisi atau batasan terhadap kepemimpinan, di antaranya adalah:
  • Hadipoerwono: Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan dan menjalin hubungan antara sesama manusia sehingga mendorong orang lain untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan hasil yang maksimal (Tata Personalia, Bandung, Jembatan, 1982: 40).
  • George R. Terry, Kepemimpinan adalah hubungan di mana di dalamnya antara orang yang dipimpin dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau bekerjasama berbagi tugas untuk mencapai keinginan sang pemimpin (Aunurrahim Faqih, Kepemimpinan Islam, h. 2).
Berdasarkan termenologi di atas, secara umum kepemimpinan dapat dipahami “sebagai proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pngikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memerbaiki kelompok dan budayanya.
    1. Kepemimpinan Islam
Istilah-istilah kepemimpinan dalam Islam: Khilafah, dari khalafa: di belakang, mengganti khalifah, lihat al-Baqarah ayat 30. Imamah: memimpin, meladeni, orang yang memimpin, lihat hadis Nabi al-Bukhari: Imamun ‘adilun, Ulil Amri: orang yang punya urusan dan mengurus, lihat an-Nisa’ ayat 59 “wa ulil amri minkum”, Wilayah dari waliya: memerintah, menguasai, menyayangi, menolong, orangnya disebut wali, lihat al-Maidah ayat 55. Ri’aya dari kata ra’a, yar’a: mengembalakan,memelihara, mengayomi, orangnya disebut ra’in, lihat hadis Nabi saw “Kullukum ra’in”.
Dari segi terminologi dikemukakan oleh Hadari Nawawi:
    1. Pengertian spiritual: Kepemimpinan Islam secara mutlak adalah bersumber dari Allah swt yg telah menjadikan manusia sebagi khalifah di muka bumi ini sehingga dimensi kontrol tdk terbatas pada interaksi antara yang memimpin (‘umara) dengan yang dipimpin.Kedua-duanya harus mempertangungjawabkan amanah yg diembannya sbg seorang khalifah di muka bumi secara konprehensif.
    2. Secara Impiris, kegiatan menuntun, membimbing,memandu dan menunjukkan jalan yang diridai Allah swt (Kepemimpinan Islam, h. 16-39).
Ad. 2. Pendekatan Kepemimpinan Islam.
Ada 3 pendekatan:
a. Pendekatan normative, Pendekatan berdasarkan al-Qur’an dan al-hadis yang mengandung 4 prinsip pokok dlm kepemimpinan yaitu: tanggung jawab dalam organisasi, prinsip etika tauhid, prinsip keadilan, dan prinsip kesederhanaan.
b. Pendekatan histories, adalah al-Qur’an sangat kaya akan kisah-kisah umat masa lalu sebagai pelajaran umat masa kini, dan yang akan datang.
c. Pendekatan teoretis, bahwa Islam adalah idiologi terbuka, hal ini berarti bahwa walaupun bangunan dasar-dasar kepemimpinan sudah diatur dalam Islam secara sempurna, akan tetapi Islam tidak menutup kesempatan untuk mengkomunikasikan ide-ide dan konsep pemikiran dari luar Islam, selama konsep pemikiran tersebut tidk bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Hadis dan membawa maslahat bagi masyarakat banyak.






DASAR-DASAR KONSEPTUAL KEPEMIMPINAN ISLAM

1. PRINSIP TAUHID: SURAT Ali Imran:64: Qul Ya ahlal Kitab Ta’alau ila kalimatin sawa’ bainana wabainakum alla na’buda illa Allah wala nusyrika bihi syai’an
  1. PRINSIP KEADILAN (AL’ADALAH), AN-NAHL AYAT 90: “INNALLAHA YA’MURU BIL-’ADLI WAL-IHSAN”.
BERBUAT ADIL BAIK DALAM KEADAAN RIDLA MAUPUN MARAH.
  1. PRINSIP PERSAMAAN (AL-MUSAWAH).MAMPU MEMPERLAKUKAN ORANG YANG DIPIMPINNYA ATAS DASAR PERSAMAAN TANPA MEMBEDAKAN AGAMA, RAS, SUKU, GOLONGAN, ADAT-ISTIADAT DAN JENIS KELAMIN, (AL-HUJURAT AYAT 13).
  2. PRINSIP KEMAJEMUKAN (AT-TA’ADDUDIYAH) SURAT AR-RUM Ayat 22 WA MIN AYATIHI KHALQU ASSAMAWATI WA AL-ARDLI WAKHTILAFU ALSINATIKUN WA AL-WANIKUM
  3. PRINSIP KEMERDEKAAN (AL-HURRIYAH), HAK ASASI MANUSIA, BEBAS BERFIKIR (IQRA’), BEBAS BERBICARA DAN BERBUAT, BEBAS DARI KEKURANGAN, DAN BEBAS BERAGAMA.
  4. PRINSIP MUSYAWARAH (ASY-SYURA’) ASY-SYURA AYAT 38 “WA AMRUHUN SYURA’ BAINAHUM”.DALAM SYURA’ ADA SUBSTANSI DEMOKRASI, TETAPI SYURA TIDAK IDENTIK DENGAN DEMOKRASI.



URGENSI KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

URGENSI KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM DAPAT DIPAHAMI DARI HADIS NABI SAW “IDZA KHARAJA TSALATSUN FI SAFARIN FALYUAMMIRU AHADAHUM” (APABILA KELUAR TIGA ORANG DALAM SUATU PERJALANAN, HENDAKNYA SALAH SEORANG MEREKA ITU DIJADIKAN PEMIMPIN).
IBNU TAIMIYAH MENGOMENTARI HADIS TERSEBUT BAHWA RASULULLAH MEWAJIBKAN MENGANGKAT SEORANG PEMIMPIN MESKIPUN DALAM KELOMPOK YANG KECIL YANG BERSIFAT SEMENTARA DALAM PERJALANAN.LEBIH LANJUT IBNU TAIMIYAH BERKATA “ALLAH MEWAJIBKAN AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR, HAL-HAL TERSEBUT TIDAK DAPAT TEREALISIR MELAINKAN DENGAN KEKUATAN DAN PIMPINAN. (REFERENSI: STUDI KEPEMIMPINAN ISLAM, DRS.H.MUHDI ZAINUDDIN,LC,MA, DAN ABD. MUSTAQIM, M.Ag., KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM, DRS. EK. IMAM MUNAWAR, KEPEMIMPINAN ISLAM, AUNURRAHIM FAQIH DAN IIP WIJAYANTO)










TABIAT KEPEMIMPINAN (3) 05-10 -2012

  1. TEORI KELAHIRAN PEMIMPIN
  1. TEORI HERIDITAS (keturunan): Pemimpin muncul dari orang-orang terkemuka.Ciri-cirinya sifat yang dominan adalah kurang demokratis dan kharismatik.Dalam perspektif Islam teori ini sanagt diterministik shg menganggap lingkungan keluarga dan social tidak berpengaruh padahal ada hadis Nabi saw yang menjelaskan ttg hal tsb: Kullu mauludin yuladu ‘ala alfithrati faabawahu yuhawwidaanihi aw yunashshiraanihi aw yumajjisaanihi.
  2. TEORI ENVIRONMENTAL (lingkungan).Pemimpin muncul krn Faktor lingkungan. Teori ini kebalikan dari teori pertama yang kurang memperhitungkan factor keturunan untuk menjadi seorang pemimpin. Ciri-cirinya demokratis dan kepiawian. Dalam perspektif Islam faktor keturunan juga cukup signifikan utk melahirkan seorang pemimpin oleh karenanya Nabi menganjurkan utk mencari pasangan hidup dari bibit ata keturunan yang baik.
  3. TEORI KONVERGENSI (Campuran antar keduanya). Menganggap kedua-duanya signifikan. Model ini lebih banyak diterima masyarakat modern, khususnya negara2 demokratis.
  1. TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN
  1. Tipe otokratis: memperlakukan organisasi yg dipimpinnya sbg milik pribadi. Tipe kepemimpinan ini biasanya menggunakan gaya
inspektif dan investigatif. Kelemahannya antara lain: para bawahan merasakan tekanan psikis dan tekanan pengembangan karier, bawahan takut utk bersalah, produktivitas kerja adakalanya sengaja diturunkan.
  1. Tipe paternalistic: Pemimpin cenderung menganggap yg dipimpin tdk dewasa. (lebih menonjolkan figur, kalau figurnya wafat organisasi mjd stagnan, mundur atau runtuh. Gaya kepemimpinan tipe ini biasanya: edukatif, naratif, motivatif, gaya persuasive, inovativ dan gaya represif. Gaya ini bisa positif kalau pribadinya baik yaitu bertindak sbg ayah yg bijaksana, ttp mnjdi negative apabila pribadi ayah tdk ditunjang hal-hal positif dan visioner.
  2. Tipe Militeristik: Tdk hrs dlm organisasi militer ttp gaya kepemimpinannya spt militer yakni perintah pemimpin harus ditaati scr mutlak (garis komando). Gaya kepemimpinannya: instruktif, investigative, dg dmik, hal2 yg bersifat inisiatif, inovatif, dan kreatif prouktif kurang mendapat saluran.
  3. Demokratis: Pemimpin berusaha menyinkronkan antara kepentingan dan tujuan organisasi dg kepentingan dan tujuan yg dipimpinnya. Gaya kepemimpinan tipe ini adalah inspektif, inovatif, persusif atau bahkan gaya partisipatif. Oleh karenanya tipe ini kerjasama dalam organisasi merupak swt keniscayaan.
  4. Tipe kharismatik: Pemimpin mempunyai daya pikat yg sangat besar/sangat berpengaruh thd pengikutnya. Tipe ini cenderung menonjolkan figure, banyak pengikutnya dan fanatic, mengkultuskan sang pemimpin. Gaya kepemimpinan tipe ini adalah motivatif, edukatif, dan partsipatif. (Referensi: Drs. H. Muhadi Zainuddin Lc. Studi Kepemimpinan Islam,Dan Drs. Sukrana, Kepemimpinan dalam Administrasi).



















PERTEMUAN (4) 12-10-2012

SIFAT-SIFAT KEPEMIMPINAN

Ordway Tead mengemukakan 10 sifat-sifat pemimpin sebagaimana dikutip oleh Kartini Kartono:
        1. Energi jasmaniah dan mental (physical and nervous energi)
        2. Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction)
        3. Antusiasme (enthusiasm; semangat/optimisme, kegairahan, kegembiraan yang besar)
        4. Keramahan dan kecintaan (friendliness and effection)
        5. Integritas (integrity, keutuhan, kejujuran, ketulusan hati)
        6. Penguasaan teknis (technical mastery)
        7. Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness)
        8. Kecerdasan (intelligence)
        9. Keterampilan mengajar (teaching skill)
        10. Kepercayaan (faith) (Kartini Kartono: Pemimpin dan Kepemimpinan, hlm. 44-47)

George R. Terry juga menuliskan 10 sifat pemimpin yang unggul sebagaimana dikutip oleh Kartini Kartono:
              1. Kekuatan
              2. Stabilitas emosi
              3. Pengetahuan tentang relasi insani
              4. Kejujuran
              5. Obyektif
              6. Dorongan pribadi
              7. Keterampilan berkomunikasi
              8. Kemampuan mengajar
              9. Keterampilan social
              10. Kecakapan teknis dan kecakapan manajerial (Kartini Kartono: Pemimpin dan Kepemimpinan, hlm. 49-50)
Etika profesi pemimpin
Standar aturan prilaku dan moral yang mengikat profesi tertentu (kepemimpinan).
Fungsi kode etik: pengendalian atau pengawasan organisasi
Adapun prinsip-prinsip etika berorganisasi adalah :
1. Menjaga perasaan orang lain,
2. Memecahkan masalah dengan rendah hati,
3. Menghindari pemaksaan kehendak tetapi menghargai pendapat orang lain,
4. Mengutamakan proses dialogis dalam memecahkan masalah,
5. Menanggapi suatu masalah dengan cepat, dan sesuai dengan keahlian (competence),
6. Menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki (improving value),
7. Mengedepankan sikap jujur, disiplin, dan dapat dipercaya.
Upaya menerapkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinan bukanlah suatu hal yang mudah.
Untuk kebutuhan itu diperlukan suatu kesamaan persepsi untuk apa organisasi dijalankan. Dalam arti diperlukan suatu komitmen para pelaku organisasi menyamakan langkah tindak untuk mewujudkan tujuan organisasi. Satu hal lain yang juga penting adalah pemberlakuan sanksi yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi proses pembelajaran atas kesalahan yang diperbuat pelaku organisasi. Sanksi dapat diberlakukan tanpa harus adanya
diskriminasi. Oleh karena itu setiap organisasi hendaknya mempunyai ”kode etik organisasi” yang berfungsi sebagai alat pengendalian atau pengawasan organisasi.
Kode etik organisasi dan perencanaan strategis (renstra) organisasi dapat dijadikan sebagai pedoman oleh majelis pertimbangan organisasi mengawasi jalannya roda organisasi.
Kode etik organisasi disusun berdasarkan pertimbangan beberapa faktor :
1. Peraturan dan ketentuan yang disepakati,
2. Sinergitas,
3. Persaingan yang sehat, competition is matter of spirit, not strength
4. Tanggung jawab atau integritas,
5. Hubungan kerja
6. Aspirasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar